Thursday, March 24, 2005

Pertempuran itu sudah dimulai?

Tatkala mampir di tempatnya seorang teman lama yang berkebangsaan Malaysia, yang dalam blognya tertera tajuk "Ganyang Malaysia 2", saya sempat tertegun.
Ternyata Pertempuran Ambalat sudah dimulai di dunia maya ini.
   Kontroversi kepemilikan Kepulauan Ambalat yang menyeruak tatkala Malaysia memberikan ijin ekplorasi kepada Perusahaan Belanda Shell untuk 'mencari' keberadaan emas hitam (minyak), ternyata telah memakan energi kita sebagai warga, baik itu yang berkebangsaan Malaysia terlebih bagi warga Indonesia.
Terlepas benar tidaknya argumen masing-masing pihak, tentang kepemilikan kepulauan yang di 'duga' mempunyai kandungan minyak itu, sudahkah kita mengenali lebih jauh, apa dan dimana 'sesuatu' yang kita claim sebagai milik kita itu?
   Salah satu koran ibukota, menerbitkan laporan khusus tentang penduduk yang berada di kepulauan Ambalat itu. Menurut koran tersebut, warga yang ada di Kepulauan Ambalat itu, mengaku dan merasa dirinya sebagai warga negara Indonesia, tetapi dalam perputaran roda ekonomi mereka, mereka 'lebih' mengenal ringgit daripada rupiah. Dalam dunia perdagangan, mereka menawar dan membeli barang dengan harga ringgit. Dan yang menjadi 'kurang' enak di baca oleh saya sebagai warga Indonesia, mereka juga menerima tayangan siaran televisi dari Malaysia, bukan dari Indonesia. Hal ini dikarenakan siaran yang dapat ditangkap adalah siaran dari Malaysia.
   Sebagai warga Indonesia dari suku Melayu, saya merasakan kepedihan yang mendalam tentang adanya 'perbedaan' tentang kepemilikan pulau ini. Saya juga merasa bahwa bangsa Indonesia tidak perlu berperang dengan Malaysia kalau memang pulau Ambalat itu secara de jure dan de facto adalah milik Indonesia. Namun, saya-pun juga tidak bisa menerima bila Malaysia memberikan hak pengelolaan kepada NEGARA LAIN (Yang dulu negara itu pernah menjajah Indonesia) atas KEPULAUAN yang masih dalam SENGKETA (?) itu.
   Sebagai warga, saya memang tidak mengerti banyak tentang kepentingan apa di balik ini semua. Tapi, bila kita adu 'kekuatan' yang diambil sebagai jalan, entah apa jadinya DUA NEGARA yang MENGAKU ADIK-KAKAK ini.
Masalah sengketa perbatasan, bukan hanya terjadi dalam kawasan besar antara negara dengan negara. Tapi, bahkan sampai tingkat Propinsi, Kabupaten, Kecamatan bahkan Kampung dan Desa.
   Kita lihat, di Palestina sana. Kemudian, di Korea, di China dan Taiwan dengan Jepang dan lain-lain. Semuanya memakan korban yang tidak sedikit, dan menimbulkan luka yang mendalam. Begitupun dengan di dalam kehidupan yang paling akrab yang kita alami. Sengketa tanah di sekitar rumah kita.
Kita kadang tidak bertegur sapa dengan tetangga sebelah, karena air dari pelimbahan rumahnya jatuh di tanah yang kita claim milik kita. Masih banyak contoh lain, tentang sengketa perbatasan.
   Sengketa, memang akan selalu terjadi dalam kehidupan kita. Tapi, menyelesaikannya dengan baik dan ber'etika' tinggi tentu MENJADI HARAPAN KITA semua.
Semoga...

No comments: