Friday, December 05, 2008

Ada Apa Denganmu Wahai Perempuanku?

Tidakkah kau lihat langit begitu cerah? Tidakkah kau rasakan udara yang berhembus perlahan, sungguh segar dan membuat nyaman. Bukankah kau selalu jatuh cinta pada pagi yang hangat? Rasakan, pagi ini mataharipun mengajakmu kembali dalam pelukannya yang hangat, burung-burung bernyanyi riuh, seakan rindu akan senandungmu. Tapi mengapa kulihat kabut dimatamu?
Duh, seandainya saja kau membutuhkan tempat untuk berbagi, mengapa tidak kau percayai aku? Berbagilah denganku, jangan ragu untuk berbagi duka itu, jangan sungkan untuk membagi nestapa itu.
Perempuanku, aku ingin melihatmu tersenyum, aku ingin mendengarmu tertawa. Aku ingin melihat kau bercanda kembali seperti hari-hari lalu yang pernah terlewati. Tersenyumlah padaku, tertawalah bersamaku, bercandalah denganku, karena luka itu akan segera berlalu.
Bukankah setiap kita tak pernah luput dari salah dan khilaf, lalu mengapa kau salahkan diri atas semua duka yang kini singgah dalam kehidupanmu? Tak ada gunanya untuk bersikap seperti itu terus menerus, berjuanglah untuk bangkit. Ia tahu jika kau menyesal, Ia paham kau merasa berdosa, dan kau pun tahu bahwa Ia Maha Pengampun. Percayalah, Ia sangat menyayangimu, seperti ia menyayangi yang lainnya. Jangan merasa diperlakukan tidak adil, jangan merasa hina, dirimu adalah pribadi yang mandiri yang tidak bisa disamakan dengan orang lain, kau masih muda dan memiliki kecantikan, kau juga punya kepandaian, walau kau mungkin tidak berharta, tapi kau banyak pengalaman hidup untuk menjadikanmu kaya hati. Tapi bukankah kau selalu berusaha untuk mencintaiNya, kau selalu belajar agar selalu dekat denganNya? Aku tahu kau tak pernah berhenti mengingatNya, dalam setiap napas selalu kau sebut namaNya. Adakah yang lebih penting dari mencintaiNya dengan sungguh-sungguh? Adakah yang lebih penting dari mendapatkan cintaNya?
Aku tau kau juga selalu berusaha untuk jujur dan tetap mencintai orang yang selama ini singgah di hatimu.
Karena itu perempuanku, saat hatimu terluka, atau saat hidupmu terasa sempit, aku tahu kau mengerti bagaimana menghadapi luka, bagaimana cara menyikapi kesempitan, meski saat ini kau merasa terpuruk, merasa sendiri, merasa tak ada yang peduli, tak ingatkah kau? Bahwa Ia selalu bersamamu.
Ayolah perempuanku, saatnya kini untuk bangkit, untuk berjuang melawan kesempitan, saatnya kembali tersenyum ketika pagi tiba, saatnya kembali memulai hari dengan semangat. Biarkan luka itu menempa dirimu menjadi kuat, menjadi tegar, menjadi tangguh.

Untukmu di sana.

(diambil dan disadur dari: http://astaqauliyah.com/2006/05/17/ada-apa-denganmu-perempuanku/ belum ada izin sih.. :)
karena kemiripan alur ceritanya.

Monday, August 18, 2008

(Catatan Kecil) Ini Tentangmu

Masa satu tahun kadang terasa begitu cepat berlalu. Seperti kilatan cahaya subuh di pagi hari, yang berangsung hilang seiring datangnya siang. Sebentar sekali. Rutinitas sehari-hari, bangun pagi, mandi, sarapan, berangkat kerja - kerja hingga malam - pulang, makan dan tidur lagi, membuat waktu terasa begitu cepat berlalu. Hari libur-pun kadang digunakan untuk rutinitas yang sama. Sama seperti hari kerja biasa, mulai dari bangun pagi, hingga tidur lagi. Sehingga aktifitas yang dijalani, terkadang membuat kita lupa dengan waktu yang begitu cepat melewati kita.

Tersentak aku dengan remainder di Hpku, “Hari ini, setahun yang lalu!” Itu yang suatu kalimat yang biasa aku pakai untuk remainder bila ada hari-hari spesial buatku. Memang tidak banyak hari special yang ada di hpku yang ku setting dalam remainder. Hanya beberapa saja yang menurutku memang memiliki makna yang lebih dalam hidupku.

Iya, hari ini setahun yang lalu, dua tahun yang lalu, bahkan dua puluh sembilan tahun yang lalu. Hari ini masih sama dan akan selalu sama seperti hari ini setahun yang lalu, dua tahun yang lalu dan bahkan tiga puluh tahun yang lalu. Yang membedakan hanya bahwa hari ini, aku dan dirimu sudah tumbuh sedemikian rupa, berbeda dengan tiga puluh tahun yang lalu.

Aku teringat ketika suatu hari kamu bercerita tentang hari ini, tiga puluh tahun yang lalu. Hari ini adalah milikmu. Hari ini adalah hari yang spesial buatmu. Hari mula pertama buatmu. Waktu itu kamu ceritakan bahwa di tengah kegembiraan orang-orang memeriahkan ulang tahun negeri ini, di tengah hiruk pikuk orang-orang yang sedang berlomba dalam berbagai perlombaan, di sebuah rumah seorang wanita sedang berjuang untuk menjadi seorang ibu.

Iya, hari ini tiga puluh tahun yang lalu, itu terjadi.

Kini, waktu mengantarkan wanita dan seorang bayi cantik itu mengarungi hidup yang penuh suka cita (walau kadang juga duka cita dan perjuangan datang menerpa).

Kini, dirimu sudah dewasa. Mungkin sudah sangat dewasa. Perjalanan hidup telah memberimu banyak kejadian. Perjalanan hidup telah memberimu banyak pengalaman. Perjalanan hidup telah memberimu banyak cerita. Perjalanan hidup telah memberimu banyak kenangan. Kurasa itu semua telah menjadikanmu seorang yang dewasa. Seorang wanita dewasa.

Tidak banyak yang aku mengerti tentang dirimu. Yang ku tahu, kamu baik, cantik, menjalani hidup dengan lepas, selalu berusaha jujur (walau menurutmu kadang kamu berkata tidak jujur tentang dirimu, pada orang lain) dan apa adanya. Mungkin hanya itu yang ku tahu. Tidak banyak.

Tapi - walau hanya sedikit yang kutahu tentang dirimu - kamu juga pernah mengatakan bahwa aku adalah salah seorang yang (mungkin kamu anggap) dapat diajak bercerita tentang dirimu, tentang masa lalumu. Kamu pernah mengatakan bahwa aku adalah salah seorang (jadi Ge-eR nih) bisa diajak mengerti tentang dirimu, tentang suka dukamu. Bagiku, hal itu merupakan suatu kehormatan buatku. Buat persahabatan dan buat hubungan kita.

Kini, kamu dan aku sudah jarang berkomunikasi. Sangat jarang malah. Waktu dan tempat (seakan menjadi alasan klasik) yang tidak memungkinkan kita untuk saling bersapa, walau hanya berkata ‘apa kabar?’, apalagi untuk bersua.

Namun, catatan demi catatan yang merentang dalam halaman ilalang liar ini, seakan menjadi bukti bahwa dirimu, cerita bersamamu, suka dukamu, adalah suatu yang spesial buat diriku. Semoga juga buat dirimu. Selamat ulang tahun.

Tangerang, Medio Agustus 2008.

Monday, June 09, 2008

Anda pasti pernah mengalami situasi dimana Anda tak bertegur sapa atau bertengkar hebat dengan salah seorang teman kerja Anda di kantor, bukan? Tak gampang memang menjadikan perbedaan sebagai penguat hubungan antar-rekan kerja. Yang ada, perbedaan justru membawa bibit perselisihan. Nah, jika Anda tak pandai-pandai mengenali dan mengatasi perbedaan tersebut, bisa-bisa kantor berubah menjadi ajang pertengkaran. Selalu dan selalu timbul konflik. Nah, bagaimana cara mengatasi konflik dengan rekan sekerja?
Rumus pertama untuk memenej konflik sebetulnya sederhana. Jika Anda merasa sangat kesal dan sangat marah, jangan berlama-lama, segera tinggalkan ruangan. Jika Anda tidak bisa meninggalkan ruangan, gigit lidah Anda dan tak usah berkata sepatah pun. Jangan berteriak atau, lebih-lebih, melempar benda-benda.
Nah, setelah Anda bisa lepas dari bara kemarahan, langkah selanjutnya adalah mengontrol emosi.
Caranya?-
  1. Coba ingat-ingat, apakah Anda pernah merasakan kemarahan yang sama sebelum-sebelumnya? Mencoba memahami perasaan lawan bicara juga bisa membantu Anda menghindarkan tindakan yang tidak produktif. "Oh, ia mengatakan itu maksudnya adalah begini." Pengalaman masa lalu juga akan membantu Anda mencari solusi untuk konflik yang muncul sekarang.
  2. Tanyakan pada diri Anda, seberapa penting sebetulnya lawan bicara yang tengah berkonflik dengan Anda? Menempatkan arti hubungan akan membantu Anda menempatkan konflik itu pada jalur yang benar, bukan sekedar mengumbar emosi. Misalnya, Anda bertengkar hebat dengan teman kerja yang sudah sekian tahun bersama-sama hanya untuk urusan kecil.
  3. Tanyakan, apa lagi yang tengah Anda alami selain konflik dengan rekan Anda itu? Jangan-jangan Anda memang tengah dalam tekanan masalah di luar masalah pekerjaan. Misalnya, sedang bermasalah dengan suami. Atau Anda sedang capek sepulang dari tugas luar kota, atau badan tak enak. Istirahat cukup mungkin bisa membnatu Anda melihat permasalahan dengan sebaik-baiknya.
  4. Tanyakan, apa yang Anda peroleh dari konflik tersebut? Jawaban dari pertanyaan ini akan membantu Anda memahami motif Anda yang sebenarnya. Jangan-jangan, Anda bertengkar semata-mata hanya karena tak ingin jatuh gengsi, misalnya. Tanyakan juga, apa yang hendak Anda pertaruhkan dengan konflik tersebut?

Kalau memang bukan persoalan yang memang krusial, jangan menghabiskan energi hanya untuk bertnegkar. Mengevaluasi kemungkinan-kemungkinan yang bisa terjadi akan membantu Anda membuat keputusan yang tepat.

sumber: Tabloid Nova

Monday, June 02, 2008

6 Cara Mengatasi Emosi Di Kantor

Dalam urusan kerja, emosi bak dua sisi mata uang. Di satu sisi, emosi dapat membantu kita mendapatkan pekerjaan yang kita impikan. Sebaliknya, emosi juga bisa menjadi penghalang dalam mencapai potensi maksimal. Kemampuan menguasi emosi sangat diperlukan jika kita ingin maju.Setiap karyawan pasti pernah merasakan naik turunnya emosi di tempat kerja. Berhubungan dengan banyak orang, dengan banyak sifat dan kemauan dan kemampuan, membutuhkan tenggang rasa tinggi, serta kemampuan untuk menguasai emosi sebaik-baiknya. Berikut ini enam tips untuk membantu Anda menjaga emosi agar tetap berada pada “daerah aman”. Artinya, tidak terlihat terlalu ambisius mengejar karier, tetapi tidak juga pasif.

  1. Tenangkan diri Pasti ada saat-saat dimana emosi Anda meledak. Jangan bawa rasa marah ke ruangan atasan, dan menuangkan semua emosi Anda kepadanya. Atasan bukan tempat yang tepat untuk curhat hal-hal sepele yang seharusnya bisa Anda selesaikan sendiri. Sebaliknya, tarik diri Anda dari situasi yang tak mengenakkan, dan kenali masalah yang membuat Anda marah. Setelah itu, analisa permasalahan, dan cari solusi. Sampaikan kepada atasan pada saat Anda sudah tenang. Berikan masukan yang positif dengan penuh semangat. Sampaikan situasi secara rasional beserta masalah dan solusi yang jelas agar atasan melihat Anda sebagai seorang yang profesional dan memandang situasi dengan jelas.
  2. Membaca sinyal Bila Anda termasuk orang yang bersemangat dan penuh dengan untuk melaksanakan tugas-tugas yang sulit, manfaatkan energi tadi untuk memaksimalkan kelebihan yang Anda miliki. Tetapi, tetaplah melakukannya dengan hati-hati. Kemauan yang besar diperlukan untuk melaksanakan suatu pekerjaan dengan baik. Pastikan bahwa semangat Anda tidak melampaui batas. Untuk mengetahuinya Anda dapat mengamati bahasa tubuh yang diperlihatkan orang lain kepada Anda. Bahasa tubuh merupakan indikator yang baik dalam menyadarkan apakah Anda terlalu emosional atau tidak.
  3. Fakta pendukungBila sedang melakukan suatu tugas yang membuat Anda sangat bersemangat, jangan lupa untuk melengkapinya dengan fakta-fakta dan angka-angka. Tetapi jangan lupa, untuk mendapatkan kepekaan bisnis yang baik, selain data yang obyektif dan dasar pemikiran yang kuat, “investasi emosional” juga perlu Anda miliki.
  4. Kerja sama dengan baikKemampuan bekerja dalam tim merupakan keterampilan yang penting. Di lingkungan profesional, keberhasilan tim sangat tergantung dari kemampuan memberi dan menerima (take and give) antara para anggota tim yang bekerja sama demi mencapai tujuan. Sebagai pemimpin tim, kemampuan mengelola emosi diri sendiri dan emosi anggota lainnya merupakan keahlian tersendiri. Salah satu cara terbaik dalam mengatur emosi orang lain adalah dengan mendengarkan apa yang mereka katakan dan memperlihatkan empati terhadap apa yang mereka rasakan. Setiap orang ingin didengar, terutama di tempat kerja dimana mereka menghabiskan hampir sebagian besar waktunya. Untuk mengatur emosi Anda, pusatkan perhatian ke dalam usaha menangkan diri Anda. Jika Anda sudah bisa menguasai diri sendiri, anggota tim yang lain akan melihat Anda sebagai panduan emosional mereka. Bila emosi Anda meledak, yang lain akan memberikan reaksi yang sama.
  5. Cari orang yang tepat Kadang-kadang hanya dengan mengeluarkan uneg-uneg kepada seseorang yang mengerti dinamika kantor akan dapat menenangkan emosi Anda. Melepaskan kekesalan kepada seseorang yang tidak memiliki tingkat emosional yang sama dengan Anda merupakan cara terbaik. Pilihlah tempat curhat dengan bijaksana, dan pikirkan dua kali sebelum menentukan siapa orangnya agar Anda tidak dikhianati.
  6. Menjaga keseimbangan hidup Cara lain untuk mendapatkan keseimbangan emosional di tempat kerja adalah dengan memiliki keseimbangan hidup di luar tempat kerja Anda. Bila Anda memiliki kehidupan pribadi yang menyenangkan, rasa bahagia akan terpancar di wajah Anda dan terbawa ke kantor. Akibatnya, meskipun Anda bertemu dengan hal-hal yang potensial memancing emosi, Anda bisa mengatasinya dengan wajar.

    Sumber Detik.com

Obat kangen aja nih, dah lama banget nggak posting :)