Saturday, July 03, 2004

Waktu, Hidup dan Cita-Cita

Gugun, teman kuliah satu angkatanku (dulu) pernah berkata begini padaku "Saya salut pada kamu Lang, bisa mengatur waktu sedemikian rupa. Bisa kerja, bisa kuliah, bisa berorganisasi dan mengatur waktu untuk olahraga, bahkan bisa ikut acara temen-temen mancing malam minggu sampe pagi segala..."
Saya hanya tersenyum menanggapi pernyataan teman yang saat itu menjadi sekretaris BEM di kampusku itu. Bukan apa-apa, sebenarnya dia juga aktifis kampus dan juga aktifis di tempat dia tinggal. Hanya saja, dia tidak begitu suka olahraga.
Sayapun sebenarnya termasuk kategori 'orang yang biasa' saja. Saya kuliah karena menurut saya, mencari ilmu adalah wajib hukumnya. Itupun saya lakukan setelah saya bekerja, karena kalau mengharapkan biaya dari orang tua, tentu orang tua saya tidak akan mampu. Keinginan untuk kuliah itu, memang sudah ada sejak saya masih SMA. Manakala keadaan memungkinkan, wajar sekali bila saya melaksanakan salah satu salah cita-cita saya untuk mencari ilmu itu. Saya ikut berorganisasi, karena menurut saya, di dalam organisasi bisa menjadi wadah bagi saya untuk lebih memahami karakter manusia, menambah 'wawasan aplikatif' dari teori-teori yang saya dapatkan dari buku dan dari guru (dosen). Saya melakukan olahraga (bulutangkis dan sepak bola), karena dengan berolahraga membuat raga saya lebih sehat, dan fikiran lebih fresh. Hal ini dikarenakan dengan berolahraga, saya dapat berteriak dan melepaskan ekspresi keadaan hati dan jiwa saya pada saat itu juga. Kemudian saya sering ikut acara teman-teman bermalam minggu ria sambil mancing atau manggang ikan, adalah bentuk dari kegiatan anak muda dalam bergaul dan menyatu dengan alam. Saya bisa menikmati keindahan alam di waktu malam, saya bisa menikmati alunan suara ombak yang ditimpa sinar purnama, dengan harapan bisa semakin menambah rasa syukur saya bisa hidup dan dilahirkan ke dunia dengan penuh kenikmatan dariNya. Semuanya biasa saja. Barangkali, bukan sesuatu yang istimewa.

Bicara soal waktu, saya jadi ingat (juga karena di ingatkan oleh wanita dari seberang sana) pernyataan bijak soal waktu:
"Ambillah Waktu"
Ambillah waktu untuk berpikir
itu adalah sumber kekuatan
Ambillah waktu untuk bermain
itu adalah rahasia dari masa muda yang abadi
Ambillah waktu untuk membaca
itu adalah sumber kebijaksanaan
Ambillah waktu untuk berdoa
itu adalah kekuatan terbesar di bumi
Ambillah waktu untuk mencintai dan dicintai
itu adalah hak istimewa yang diberikan Tuhan
Ambillah waktu untuk bersahabat
itu adalah jalan menuju kebahagiaan
Ambillah waktu untuk tertawa
itu adalah musik yang menggetarkan jiwa
Ambillah waktu untuk memberi
itu adalah hari yang sangat singkat untuk kepentingan diri sendiri
Ambillah waktu untuk bekerja
itu adalah nilai keberhasilan
Ambillah waktu untuk beramal
itu adalah kunci menuju surga..

Mudah-mudahan saya termasuk orang yang selalu bersyukur, manakala pernyataan-pernyataan seperti itu sering saya dengar yang ditujukan pada saya.
Terasa tidak seimbang, bila hanya melihat sisi keteraturan seperti itu saja.
Banyak orang yang juga sangat menikmati hidupnya yang penuh variasi, tanpa keteraturan, tanpa ada ikatan schedule. Menjalankan hidup sesuai dengan alirannya sendiri. Saya katakan banyak, karena memang banyak teman saya yang memegang falsafah hidup seperti itu. "Biarlah hidup berjalan sesuai kehendaknya sendiri".
Salah satu Big boss bluebird taxi dalam wawancara televisi pernah mengatakan bahwa "kalau ingin membuat kategori tentang psikologi manusia dalam bekerja, paling tidak ada dua kategori. Yang pertama, kategori yang lebih menyukai safety. Yaitu orang yang lebih menyukai hidup berjalan dengan keteraturan. Dia ingin bekerja dengan safety tanpa tantangan yang membebani. Soal karir atau jenjang, tidak begitu menjadi persoalan. Yang paling penting, dia bisa bekerja, bisa berlibur, bisa mengajak anak dan istri berlibur pada saat libur tanpa dikawatirkan oleh resiko-resiko tertentu"
"Yang kedua, kategori yang menyukai tantangan dan variasi. Orang yang masuk kategori ini, kadang tidak begitu mempersoalkan gaji pertamanya. Tapi, dia lebih menyukai bila penilaian (seberapa besar gaji yang ia terima) didasarkan pada seberapa besar kontribusinya pada tempatnya bekerja. Dan diapun rela, menerima penalty atau punishment bila pekerjaan yang diberikan padanya tidak sesuai dengan target yang ditentukan".

Kembali pada pada falsafah tentang waktu dan hidup dan kerja itu, saya hanya dapat membuat satu kesimpulan. Bahwa apapun yang dilakukan orang, apapun kategori orang, apapun bentuk dan aktifitas yang dilakukan, pada dasarnya mengarah pada satu tujuan: Hidup senang dan bahagia lahir dan bathin, dan . (bila saatnya meninggal) masuk surga. Betul kan?
hehehe ........

No comments: