APA ARTI DIAMMU?
"Ada yang ingin aku katakan padamu Lang".
Suara itu kudengar sangat dekat, sangat akrab, walau lewat telepon.
"Ok. Apa itu?" Aku menjawab, penuh perhatian.
"Jangan lewat telepon deh, kita bicara diluar aja. Bisa?"
"Bisa, dimana?"
"Aku tunggu di tempat biasa ya? OK? bye..."
Tanpa menunggu jawaban dariku telepon itu ditutup.
"Bye..." jawabku, walau aku tahu dia tidak mendengar jawabanku.
---
Sambil menikmati alunan lagu "You don't have to say the words" dia dan aku pembicaraan kami berjalan kesana kemari.
Mulai dari masalah kerjaan di kantor, cerita teman yang suka iseng, sampai masalah selera makan masing-masing.
"Oh ya, tadi kamu kan bilang, kalau kamu mau mengatakan sesuatu padaku."
Aku menyela pembicaraan kami, setelah lebih kurang seperempat jam kami duduk dan menikmati juice jeruk dan alpukat yang kami pesan dari pusat jajan di sebelah.
"Sekarang aku sudah siap mendengarkan pembicaraan darimu" Aku menambahkan.
Sejenak diantara kami saling diam.
Kuperhatikan sejenak gadis mungil dihadapanku. Usianya sudah 23 tahun, tapi dari wajahnya yang polos dan lugu, orang akan mengira kalau dia baru berumur 17an. Matanya bundar, indah penuh keceriaan. Wajahnya oval dengan geraian rambut sebahu. Dia pasti bilang bila mau apa-apa. Termasuk soal rambutnya yang sebulan yang lalu baru dipotong. "Biar praktis", begitu katanya waktu itu. Perawakannya langsing, tinggi 162 CM. Dengan baju cut berai mirip penyanyi muda, ku lihat dia sangat menawan.
Dia sudah cukup lama aku kenal. Dulu pernah praktek kerja di kantorku. Itu 4 tahun yang lalu. Walau hanya sekitar satu bulan dia praktek kerja, tapi dia (paling tidak menurutku), cukup dekat dan akrab denganku. "Bapak, bicaranya enak dan menyejukkan." Begitu katanya suatu saat padaku. "Saya pengin panggil nama saja, biar akrab. Tapi ini kan di kantor, jadi saya panggil Bapak saja. Maunya sih panggil kakak, atau nama saja..."
Begitulah dia. Polos dan lugu.
Setelah selesai praktek, dia sering meneleponku. Katanya, saya enak buat curhat. Diapun sudah memanggilku dengan nama, Lang. BiaR lebih akrab. Begitu katanya.
"Yeee...! Yang diajak ngobrol malah ngelamun." Dia mengejutkanku.
Aku tersentak.
"Koq, melihatku kayak gitu sih Lang...?"
"Oh... nggak, nggak...!" Aku berusaha tersenyum. Dalam hatiku aku berkata "kamu tambah cantik sekarang.."
"Iya.. jadi apa yang ingin kamu katakan padaku. Sekarang aku siap mendengarkan." Aku sudah bisa menetralisir.
Kutatap matanya yang bening, diapun menatapku. Ingin kuyakinkan melalui mataku, bahwa aku siap mendengarkan cerita apapun dari dia, dari seorang gadis mungil yang sangat akrab padaku selama ini.
Aku menunggu, dengan senyum dibibirku.
Kulihat dia menghela nafas, dan sekali lagi menatapku. Kemudian menunduk.
"Ayo, katakan saja, apa yang ada dalam hatimu.." Aku meyakinkan dia untuk bercerita.
Setelah menghela nafas, dia berkata:
"Nggak tau deh. Dari rumah sudah saya siapin kata-kata." begitu kata-kata yang keluar dari bibirnya yang mungil. "Tapi... setelah melihat sorot mata kamu, Lang. Saya koq nggak bisa berkata apa-apa."
"Loh, kenapa? emang ada yang salah dengan mata Lang?" Saya menyela.
"Nggak sih, nggak ada yang salah dari mata Lang. Tapi, saya... demi melihat mata Lang, saya jadi gemetar, saya kehilangan kata-kata. Maaf ya Lang..." Kudengar suara itu bergetar, meluncurkan sepatah dua patah kata. Sulit sekali tampaknya.
Demi melihat matanya yang tampak berkaca-kaca, ku pegang pundak gadis lugu ini.
"Baiklah... kamu jangan memaksa. Kalau memang kamu belum siap menceritakan apa yang ada dihati kamu, jangan ceritakan. Mungkin dilain waktu saja..."
"Atau kalau perlu, kamu tulis aja. Nanti kirim ke imel Lang, pasti Lang baca. OK...?"
Aku hanya melihat anggukan kecil dari wajahnya yang manis itu.
---
Dalam perjalanan pulang, aku berfikir. Ada apa dengan gadis kecilku. Apakah dia jatuh cinta. Terus pada siapa? Apa jatuh cinta padaku. (Aku jadi ge-er). Sementara selama ini, aku sudah menganggapnya sebagai adikku. Karena selama ini dia selalu cerita tentang pekerjaannya, tentang pria yang berusaha mendekatinya. Dia telah bercerita semua yang ada dalam hatinya. Tapi... kenapa dia ragu untuk mengatakan apa yang ingin dikatakannya padaku?
Apa yang terjadi padamu, wahai gadis kecilku...?
Po5t3d by : 1lalang L14r
No comments:
Post a Comment