Sewaktu saya diajak teman untuk nonton di salah satu bioskop di Lippo Mal Karawaci, ada keengganan pada hati saya. Keengganan saya itu didasarkan pada (katakanlah) rasa kurang enak saya. teman yang yang ngajak nonton itu adalah teman lama saya. Kabar terakhir, teman (juga) tapi berjenis kelamin cowok sedang berusaha mendekati si teman lama (wanita tentu saja) ini. Sahingga, ya... sahingga :D saya merasa 'kurang enak hati' bila harus nonton berduaan bersama orang yang sedang didekati oleh teman saya. salah-salah, nanti dibilangin pagar makan pepohonan hehehe...
untungnya, teman wanita tadi (aduh...! malah susah. sebut aja dia Santi deh! :P) mau ngartiin perasaan saya. dia ngajak teman lagi, cewek. maka jadilah kami bertiga nonton. Tapi... ya, tetapi... saya ngajuin syarat, yang milih filmnya saya. hehehe...
Spiderman 2! itu yang salah pilih. udah hampir habis masa diputarnya.
Filem dengan durasi 2 jam lebih itu, memang bagus. banyak pesan moral yang disampaikan.
Pada saat nonton itulah, dialog antara saya dan Santi banyak terjadi.
Santi merasa, bahwa dia kurang begitu cocok dengan cara atau tingkah pola teman saya (sebut saja Nico) yang menurutnya over agresif dalam mendekati dia. Menurut Santi, wanita, pada dasarnya akan merasa sangat tersanjung bila dia 'diwanitakan'!! nah, loh. apa pulak itu.
"saya nggak perlu diajak kemana-mana, naik motor. terus begadang ke pantai. atau jalan-jalan seharian. Nggak perlu itu. Saya sudah cukup merasa senang, bila seminggu 2 ato 3 kali di telpon. terus, sebulan sekali nonton bareng kayak gini...."
Saya mah, cukup jadi pendengar aja kalo udah bicara tentang selera wanita seperti ini. Bukan apa-apa, kalo menurut Nico "Santi lebih senang di ajak jalan atau shopping, daripada diajak bicara soal pekerjaan atau masalah lain". hehehe... kontradiktif ya?
Saya sih, nggak langsung semua masuk ke dalam hati saya. Karena saya juga tahu, yang sering ngajak pergi itu adalah Nico, bukan Santi.
Saya hanya mempunyai pandangan sendiri tentang suatu relationship, baik itu friendship / pertemanan maupun percintaan.
Suatu hubungan persahabatan (antara wanita dan pria) tidak selalu harus terjadi dalam konteks percintaan kan? Hubungan persahabatan yang tulus akan selalu mengedepankan saling pengertian.
Hubungan persahabatan yang tulus tidak akan mempermasalahkan seberapa besar imbalan yang kita dapatkan. Selalu tanpa pamrih.
Sedangkan hubungan karena percintaan, terkadang disertai dengan nafsu, cemburu, ingin selalu dinomorsatukan dan perasaan 'ingin menguasai' (walau menurut sebagian orang yang mempertahankan prinsip: bahwa cinta yang suci tidak harus memiliki, tidak harus menguasai).
Pada saat pulang, saya sempat bilang pada Santi:
"San, sepertinya saya harus menyampaikan kata-kata ini pada kamu"
"Apa Lang?"
"ada saat memberi, ada saat menerima"
"maksudnya apa, Lang?"
"Nanti kamu akan mengerti..."
No comments:
Post a Comment